Jakarta – Situs Megalitikum Gunung Padang ialah situs Cagar Budaya Nasional dari masa prasejarah. Situs wasiat kultur batu besar ini berada Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Dikutip dari halaman Pusat studi Arkeologi Nasional (Arkenas) Kemendikbudristek, tengah tampak silang opini atas umur situs Gunung Padang bersumber pada penanggalan karbonium pada batuan di setiap tingkatannya.
Beberapa studi memprediksi umur setiap undakannya berselisih, mulai dari 5.000 SM-26.000 SM. Ini maksudnya, kalau ditaksir ekspeditor sesuai, maka umur Gunung Padang lebih tua dari limas Giza yang dibentuk dekat 2.570 SM.
Gunung Padang sehari-hari selaku tujuan kunjungan kaum siswa. rata-rata, ada ratusan siswa dan penduduk biasa yang tampak di dini minggu, selagi pengunjungnya di akhir minggu menjangkau dekat 1.000 orang.
Namun akhir-akhir pascaguncangan Cianjur, pengunjungnya turun selaku puluhan dekati 100 orang saja di akhir minggu. Kendati seperti itu, situs Gunung Padang tidak menghadapi kebobrokan dampak gempa Cianjur.
Sebelum bertamu, kawan dulu dengan Gunung Padang, ayo! Berikut beberapa kebenaran mengenai situs megalitikum Gunung Padang:
Fakta Gunung Padang
- Sejarah Dijumpai
Dilansir dari situs Universitas Indonesia, Gunung Padang sesungguhnya telah diketahui presensinya kala ditemui oleh N. J. Krom.
Ia mendapatkan situs ini pada 1914 lalu dan diinformasikan olehnya dalam Rapporten Oudheidkundige Dienst. Pada kali itu, N. J. Krom tidak menuturkan nama situs yang ditemui sebagai Gunung Padang. N. J. Krom cukup menuturkan kalau dirinya mendapatkan situs baru yang lokasinya bersebelahan dengan Gunung Melati.
Dari situlah, Gunung Padang selaku tempat studi, diperbincangkan masyarakat, sampai ditemui wasiat dahulu kala tahun 1979.
Penemuan wasiat dahulu kala diinformasikan oleh satu orang penduduk dan semenjak tahun 1979 studi diselenggarakan oleh Pusat studi Arkeologi Nasional. Badan itu pernah mengerjakan eksavasi (penggalian) pada teras 4 dan 5 Gunung Padang.
- Bukan Limas
Sekilas , Gunung Padang muncul serupa busut berbatu. Karena berupa runjung dan dikelilingi bebatuan, situs ini diucap mendekati dengan limas.
Namun, ekspeditor menemui kalau Gunung Padang merupakan punden berundak alias teras berkelas, diambil dari halaman peradaban Kemdikbud.
Punden berundak alias teras berundak merupakan rupa berwujud teras alias trap berganda yang menumpu pada satu titik di atas, serupa diambil dari halaman peradaban Kemdikbud.
Bentuk punden berundak khas ditemui di situs dahulu kala Nusantara alhasil selaku ciri-ciri kultur asli di Indonesia. Umumnya , punden berundak bertugas sebagai tempat penghormatan nenek moyang.
- Kompleks Punden Berundak Terbanyak Asia Tenggara
Karena ialah gedung punden berundak, situs Gunung Padang bukan gunung aktif. Namun, situs ini benar tertutupi rerumputan di sana-sini, berdiri dengan ketinggian dekat 885 mdpl, dan lapang lingkungan pentingnya menjangkau dekat 900 m².
Luas zona Gunung padang sendiri terdaftar menjangkau dekat 3 ha, diambil dari halaman Gunung Padang oleh perserikatan Mahasiswa Fakultas cara Universitas Pasundan. Karena itu, situs Gunung Padang terdaftar sebagai lingkungan punden berundak terbanyak di Asia Tenggara.
- Wisata Megalitikum
Bentuk punden berundak membayangkan peradaban masa megalitikum. Strukturnya berwujud 5 teras dan dalam dimensi berbeda-beda.
Karena berada di ketinggian dan ditengah-tengah pepohonan, detikers yang tengah bertamu dapat menatap kenampakan bentuk batu dahulu kala yang selaku Cagar Budaya Nasional ini membarengi pemandangan hijau di dekat.
- Dilaporkan 1914
Gunung Padang ditemui pada1891 oleh geolog dan naturalis asal Belanda, Rogier desimeter Verbeek.
Keberadaannya lalu diinformasikan pada 1914 oleh pakar sejarah dini dan budaya tua Indonesia asal Belanda, Nicolaas Johannes Krom, dalam Rapporten Oudheidkundige Dienst (siaran kilat instansi Kepurbakalaan).
Krom mencatat, puncak Gunung Padang terdiri dari empat teras yang dari batu agresif dan bergaya batu andesit. Di setiap teras, ada pusu tanah yang ditimbun batu.
- Ditemukan Kembali 1979
Situs Gunung Padang pernah terabaikan sepanjang separuh dasawarsa, salah satunya akibat keterbatasan akses. Situs kuno ini lalu ditemui kembali pada tahun 1979.
Saat itu, penduduk setempat berkata terdapatnya keberadaan timbunan batu-batu persegi besar dengan bermacam dimensi, dalam sesuatu tempat berundak.
Sejak itu, negara mulai mengerjakan perlindungan dan studi Situs Gunung Padang.
Pusat Arkenas Kemendikbudristek mencatat, busut ini lampau gunung api purba yang menciptakan batu-batu di perut busut, lalu merekah dan membangun tiang-tiang (columnar joint). Bebatuan ini lalu guna membuat punden berundak.
- Liburan Anak Sekolah ke Gunung Padang
Situs Gunung Padang dibuka Senin-Sabtu, waktu 08.00-17.00 wib. tertentu Jumat, area ini baru dibuka waktu 13.00 wib. Pengunjung cukup dikenakan harga kartu masuk Rp 5.000 saja per orang.
Di area kaki Gunung Padang, juga ada sarana zona parkir, jamban, , wifi, rumah makan, dan rumah bermalam. Jika mau balik angkat oleh-oleh, ada alternatif kopi, gula semut, dan cinderamata lain.
Namun, siswa diperingatkan guna tidak membebaskan batu, menggores batu dengan entitas keras, mendiami dan memijak batu, memukul-mukul batu, menggeser, dan alias memindahkan batu agar tidak mengalihkan bentuk rupa asli Gunung Padang.